Semarang :)

Masih dengan semangat ikut serta mensukseskan SPA, aku akhir-akhir ini menjadi gemar menulis tentang kota kelahiranku tercinta ini di blog. Untuk sementara main interest ku ke feminisme dan gender agak berkurang porsinya.  Karena SPA pulalah aku berkunjung ke Waroeng Semawis tiga minggu lalu. Aku yakin, tulisan dan foto-foto yang kuhasilkan waktu itu akan menarik minat teman-teman milisku, maupun pengunjung blogku.
Tatkala berjalan-jalan itulah aku berpikir seperti apa ya Gang Warung—pusat dilaksanakannya Waroeng Semawis—di pagi hari, tatkala tidak ada kegiatan Waroeng Semawis? Ini dia foto Gang Warung yang kujepret di siang hari, hari Minggu 19 Agustus 2007. Mungkin karena hari Minggu, sehingga jalan ini terlihat sepi.

Buku “Meretas Masa Semarang Tempo Doeloe’ menyebutkan cikal bakal jalan ini disebut Gang Warung bahwa di zaman dulu (entahlah seberapa dulu) banyak orang-orang di pagi hari keluar dari kediaman masing-masing dan menggelar meja-meja untuk berjualan berbagai macam makanan.
Dalam kesempatan yang sama, 19 Agustus 2007, aku menjepret replika kapal Cheng Ho yang ‘bersandar’ di Kali Semarang, di depan kelenteng Tay Kak Sie di Gang Lombok. (konon, dulu banyak tanaman lombok di gang ini). Para pengunjung blogku bisa membandingkan replika kapal Cheng Ho di siang hari dan di malam hari.



Berikut ini foto kelenteng Tay Kak Sie dijepret di siang hari.


Perhatikan atapnya yang berwarna biru. Hal ini sangat menarik bagiku karena biasanya kelenteng didominasi warna merah dan kuning/oranye. Mengapa biru? Entahlah.  Aku belum mempelajarinya sampai sejauh itu.
Di bawah ini foto pintu gerbang masuk ke daerah Pecinan di Semarang. Perhatikan jalan yang terlihat di depan itulah yang disebut Gang Warung.

Aku berencana jalan-jalan dengan Angie, anak semata wayangku, berkeliling Semarang, untuk menjepret bagian-bagian kota yang bisa kubagikan dengan para pengunjung blogku. Belum tahu kapan. 
PT56 12.16 010907