Cari

Sabtu, September 22, 2007

Mini Market Supermarket Hypermarket

Tatkala menulis artikel yang kuberi judul “hypermarket” di blog http://serbaserbikehidupan.blogspot.com aku ingat salah satu supermarket yang menurutku lumayan cepat perkembangannya semenjak pertama kali hadir di Semarang, tahun 1987 kalau tidak salah.
ADA Supermarket pertama kali didirikan oleh si pemilik di sebuah tanah yang tidak begitu luas, di Jalan Sugiyopranoto, sekitar 4 km ke arah Barat dari Simpang Lima, pusat keramaian di Semarang, sekitar 500-600 m dari pasar tradisional Bulu yang terletak tak jauh dari areal Tugumuda. Di belakang ADA Supermarket ada perkampungan kelas menengah ke bawah yang disebut Kampung Bulustalan.
Seperti kebanyakan orang yang memperkirakan bahwa DP Mall—hypermarket baru di Jalan Pemuda sekarang—akan mematikan para pedagang kecil di perkampungan di seputar daerah DP Mall, di awal beroperasinya ADA Supermarket, akupun berpikir sama. Kasihan para pedagang yang bermodal lemah, terutama yang berada di sekitar daerah Bulustalan. Orang-orang tentu akan lebih senang berbelanja di ADA Supermarket yang tentunya lebih nyaman karena AC, dan bergengsi (istilah ‘supermarket’ pada saat-saat itu merupakan satu tempat bergengsi untuk berbelanja, istilah ‘hypermarket’ masih di awang-awang.)
Namun seperti yang telah kutulis di postingan ‘hypermarket’, yang kukhawatirkan tidak menjadi nyata. Memang ADA Supermarket ramai dikunjungi oleh orang-orang yang tinggal di sekitar—Bulustalan, Lemah Gempal, Penaton, Bulu Magersari, dsb—hal ini tidak serta merta mematikan warung-warung kecil yang ada di dalam areal perkampungan. Warung-warung kecil tersebut tetaplah memiliki pelanggan yang tidak dengan mudah pindah ke lain hati—ke ADA Supermarket yang notabene lebih terkesan modern. Yang terlihat adalah orang-orang dari daerah sekitar tatkala berkunjung ke ADA hanya sekedar untuk sightseeing, untuk sekedar ‘ngadem’ merasakan AC di tengah panasnya hawa udara Semarang. Namun untuk belanja, mereka tetap lebih suka ke warung-warung kecil di sekitar tempat tinggal mereka. Penyebabnya mungkin seperti yang kutulis di ‘hypermarket’, di warung-warung kecil itu mereka bisa membeli dalam jumlah terbatas, semisal beras satu kilogram, gula pasir setengah kilogram, dll, jumlah yang tidak tersedia di ADA, selain jarak yang memang bisa dijangkau hanya dalam hitungan langkah kaki.
Para pedagang yang berjualan di pasar Bulu juga terlihat adem ayem saja. Jikalau pun ada pedagang yang berkurang pelanggannya—misal Toko ‘Dewi’ yang berjualan buku-buku tulis, alat-alat tulis, dll tidak melulu ADA bisa dijadikan kambing hitam, karena di daerah sekitar banyak juga bermunculan toko-toko yang khusus berjualan stationery. Apalagi dengan berdirinya Universitas Dian Nuswantoro di dekat Tugumuda, banyak toko-toko sejenis yang sekaligus merupakan fotocopy center bermunculan.
Beberapa tahun terakhir—menjelang didirikannya hypermarket DP MALL, kuperhatikan mulai muncul mini market-mini market yang menawarkan cara belanja yang ‘swalayan’ (toko atau warung tradisional biasanya tidak menawarkan cara ‘swalayan’), misal INDOMARET DAN ALFAMART. Mini market ini yang mungkin lebih menyaingi warung-warung maupun toko-toko kecil yang ada di daerah perkampungan, karena mereka dibangun di daerah perkampungan. Mereka menggunakan cara ‘menjemput pelanggan’ daripada ‘menunggu pelanggan’. Jam operasi mereka pun lebih panjang dibandingkan supermarket maupun hypermarket, yakni pukul 07.00 sampai pukul 22.00. Di bawah ini adalah gambar INDOMARET yang terletak di perkampungan Pusponjolo.

Di bawah ini adalah gambar ALFAMART yang terletak di Jalan Suyudono, tak jauh dari Kampung Lemah Gempal dan Bulustalan, yang berarti tidak jauh dari ADA Supermarket.

Pengalamanku berbelanja di ADA Supermarket tanggal 2 September setelah DP Mall diresmikan tanggal 31 Agustus 2007 kemarin, tidak ada antri di depan kasir seperti yang biasa kualami jika berbelanja pada ‘tanggal muda’. Pada hari yang sama, di depan DP Mall terjadi tumpukan kendaraan yang repot mencari tempat parkir. Sekilas nampak ‘penyedotan’ konsumen dari supermarket-supermarket lain ke Carrefour yang terletak di DP Mall.
Kiat apa yang dilakukan oleh ADA untuk menghadapi ‘kaburnya’ para konsumen mereka? Di koran Suara Merdeka, ADA mulai gencar beriklan mempromosikan harga-harga barang tertentu yang selama ini jarang mereka lakukan. Selain itu, para kasir di ADA pun diwajibkan untuk selalu tersenyum kepada pelanggan dan mengucapkan terima kasih setelah pelanggan membayar. Di dekat kasir ada tulisan, “Satu gantungan kunci gratis untuk anda bila kasir kami lupa mengucapkan ‘terima kasih’”.
Di bawah ini gambar ADA Supermarket diambil 2 September 2007.

Beberapa minggu setelah DP Mall diresmikan, ternyata hypermarket ini menuai banyak protes, mulai dari Jalan Pemuda yang semakin padat dan mengakibatkan macet mulai dari masuk Jalan Pemuda sampai Ruko Pemuda Mas, yang terletak di sebelah utara DP Mall, tempat parkir yang kurang memadai untuk para pengunjung, juru parkir yang kurang membantu para pengunjung mencari tempat parkir, harga yang tidak sesuai dengan yang dituliskan dalam ‘katalog’, dll.
Hidup terus berjalan. Tidak ada yang tidak berubah dalam hidup ini. Kita sebagai orang awam, cukup memandang perang supermarket versus hypermarket ini, sembari menikmati kemudahan berbelanja yang ditawarkan oleh para pemilik modal, sekaligus mungkin ikut meratapi matinya beberapa supermarket. Di Semarang, supermarket ‘Micky Mouse’ yang di tahun 1980-an berjaya, sekarang hanya tinggal cerita.
PT56 20.13 210907

3 komentar:

  1. saya juga miris dengan perkembangan "mart-mart" itu.apalagi saya salah satu "pelaku warung kecil" yang ingin berkembang.satu sisi ada ketakutan dengan ketatnya persaingan di dunia "per-sembako-an",di sisi lain saya sudah py banyak pelanggan tetap,ragu untuk mengalihkan "obyek" usaha.dari sisi lain ( saya sebut " moral " ),saya tidak ingin mematikan warung2 yang lebih kecil.bingung jadinya,adakan solusi yang bijak untuk menyikapi semua ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hello :)

      komen ini anda tulis tahun 2009, perkembangan 'mart-mart' di Indonesia telah meningkat tentu saja, saya jadi penasaran bagaimana perkembangan bisnis anda?

      hmmmm ...

      Hapus
    2. Semua itu harus ada peningkatan. Upgrade itu perlu. Kebanyakan kalau toko" kelontong dari tahun ke tahun tetap saja seperti itu.. Kita sekarang hidup di era modern. Dimana kita yang harus bisa berkembang.

      Hapus