Mumpung Agustus belum berlalu, dalam postingan ini, aku ingin memuat beberapa foto yang kuambil di sekitar tempat tinggalku, Pusponjolo. Di bawah ini ada foto empat gapura yang sengaja dihias untuk menyambut tujuhbelasan. Foto dijepret pada malam tujuhbelas Agustus dimana biasanya orang-orang mengadakan malam tirakatan. Aku yang waktu itu pulang mengambil arah Selatan (karena harus mengembalikan VCD ke sebuah rental yang terletak di jalan Kaligarang), gagal menemukan jalan langsung menuju rumah. Semua jalan yang kupilih telah ditutup oleh para warga dalam acara malam tirakatan. Aku harus menyusuri pinggir sungai Banjirkanal Barat untuk sampai di Jalan Jendral Sudirman, dan masuk dari arah Utara.
Gejala apakah ini?
Semenjak Indonesia merayakan kemerdekaan yang kelimapuluh tahun (1995) (NOTE: aku NGEH baru mulai tahun itu LOL), aku terkagum-kagum kepada my fellow citizens (bahasa Indonesianya apa ya? LOL) yang selalu dengan antusias mencurahkan tenaga, pikiran, dan hartanya untuk merayakan Hari Kemerdekaan. Memang Hari Kemerdekaan merupakan saat untuk bersenang-senang bersama, mulai dari mengadakan lomba-lomba ‘khas’ pitulasan (makan krupuk, membawa kelereng di atas sendok, memukul air dalam plastik—zaman aku kecil dulu, kita menggunakan kendi, balap karung, sampai yang lebih ke arah edukatif, seperti membaca puisi, membaca/menghafalkan Pembukaan UUD 1945, cerdas cermat, dll) sampai kerja bakti membersihkan lingkungan, membuat gapura baru, menghias gapura dengan lampu-lampu warna warni, juga bendera warna warni, yang membuat suasana selalu semarak, sampai membuat panggung untuk pentas seni. Semua bersuka ria, bergotong royong di bulan Agustus. (Hal ini menunjukkan bahwa gotong royong tidak benar-benar telah sirna ditelan zaman individual seperti sekarang ini.) di bawah ini adalah foto panggung untuk merayakan pentas seni di RW tempat tinggalku, pada tanggal 19 Agustus 2007.
Merupakan suatu kebetulan jika pada tahun ini, warga Semarang merayakan Hari Kemerdekaan bertepatan dengan gawe spektakuler Pemerintah Kota—Semarang Pesona Asia. Tak pelak lagi, hiasan-hiasan di seluruh penjuru kota pun semakin semarak. Nah, tatkala di Tajuk Rencana surat kabar Suara Merdeka hari Jumat tanggal 31 Agust. 07 halaman 6 dikemukakan bahwa salah satu contoh keberhasilan SPA adalah mampu menggerakkan sebagian komponen masyarakat baik secara perseorangan maupun kelembagaan dengan mengambil contoh greget untuk menghias atau menjaga keberhasilan kota, aku menjadi sangsi. Bukankah sudah lama warga Semarang—dan aku yakin juga warga di sebagian besar pelosok negeri kita tercinta ini—senantiasa menyibukkan diri untuk menghias daerah tempat tinggalnya tatkala bulan Agustus menjelang? Seberapa yakin bahwa greget untuk menghias kota ini hanya dikarenakan SPA?
Sudah cukup banyak kritikan-kritikan yang tersebar di surat kabar lokal. Dalam postingan ini aku hanya ingin menunjukkan beberapa gambar yang kuambil di daerah tempat tinggalku, gambar yang menunjukkan antusiasme masyarakat dalam menyambut Hari kemerdekaan, bukan untuk menyambut SPA.
KPDE 17.27 310807
Tidak ada komentar:
Posting Komentar