Cari

Senin, Agustus 27, 2007

Penjajahan Ideologi dan Budaya

Tatkala menulis artikel yang ku-post sebelum ini, aku senantiasa teringat satu diskusi pendek antara aku dengan seorang dosen tamu muda usia dari Amerika di eks tempat kerjaku. Terilhami dengan kebijakan MANIFEST DESTINY yang kudapatkan tatkala duduk di bangku kuliah, aku bertanya (dengan setengah menuduh LOL) bahwa Amerika melakukan perembesan budaya ke banyak negara di seluruh dunia melalui musik (dengan program-program MTVnya), way of living (dengan film-filmnya), ataupun cara makan dan jenis makanan (dengan fast food restaurant yang dituding hanya menawarkan junk food), dll. Keberhasilan masuknya budaya Amerika ke banyak negara—termasuk Indonesia—bisa kita interpretasikan bahwa Amerika telah menjajah banyak negara, tanpa membuat yang dijajah itu menyadarinya; bahkan mungkin justru membuat orang-orang yang ‘dijajah ideologinya’ bangga dengan mengatakan, “aku mendengarkan musik Amerika”, “aku hidup a la orang Amerika”, sampai “aku makan makanan Amerika”.
Matthew, nama dosen tamu tersebut, tentu saja nampak tersinggung dengan tuduhan itu. LOL. Namun karena dia harus membawa nama baik Amerika, dia menjawab pertanyaanku (ataupun ‘tuduhanku’) dengan hati-hati.
“We American don’t mean to colonize other countries’ ideology or way of living, etc via music, movies, or our fast food restaurants. I think this is related to your confidence with your own way of living. You Indonesians have great music, why don’t you just listen to your own music and just ignore those MTV products? Don’t watch American movies if you think those movies even make you forget or ignore your own way of living. Don’t come to eat at those fast food restaurants when you know that they just offer junk food. You have your own fast food restaurants, such as Padang food stall, or even warteg. I often wonder why Indonesian people even feel more prestigious when they are seen eating in American fast food restaurant, such as McDonald’s. I recommend that Indonesian people build their own confidence and trust to their own products, music, movies, food. If you stop listening to American music, or watching American movies, or consuming American junk food, MTV, Hollywood, or American fast food restaurants will stop importing their products to Indonesia too. And perhaps it will make you stop feeling colonized ideologically?”
Skak match. Mati aku. Hahahaha ...
Aku mulai mencoba menganalisis hidupku sendiri. Apakah tanpa kusadari ideologi hidupku ini telah dijajah oleh Amerika? Musik, well, aku penikmat musik dari banyak negara, tidak hanya Amerika. Tentu saja aku juga menikmati musik dari negeri sendiri, bahkan termasuk campur sari (yang kata Angie anakku, musik khas kondangan perkawinan LOL). Untuk film, well, dengan sangat menyesal aku harus mengakui aku lebih banyak nonton film buatan Hollywood memang, daripada film hasil karya anak negeri (karena kualitas yang menyedihkan), namun tidak berarti bahwa aku telah di-amerika-kan oleh film-film yang kutonton. (Ngeles boleh kan? LOL.) Mengenai makanan, nah, ini dia, aku benar-benar memiliki lidah dan perut Jawa, yang lebih suka nasi, pecel, rujak, gado-gado, opor, sambel goreng, dll ketimbang pizza, spaghetti, steak, dan sebangsanya itu.
Bagaimana dengan anakku? Untuk musik, dia sama denganku. Untuk film, dia kurang kritis dengan film produksi dalam negeri, (mungkin karena usianya yang masih muda belia), sehingga dia menikmati film-film remaja, sebangsa, My Heart, Love is Cinta, Bangsal 13, Mirror, dll yang bagiku tidak menggigit. Sedangkan film bagus, sebangsa Denias, dia kurang mengapresiasinya  meskipun aku mengatakan padanya bahwa Denias film bagus. Untuk makanan, dengan sedih harus kukatakan, dia telah dijajah oleh pizza, spaghetti, steak, dll, meskipun ketergantungan perutnya kepada nasi masih cukup besar.
How about you? Seberapa sadarkah kamu tentang penjajahan ideologi dan budaya ini?
==================
Note: MANIFEST DESTINY adalah kebijakan Amerika untuk memperluas tanah yang dikuasai. Di awal ‘pendudukan’ tanah Amerika oleh para migran Inggris, mereka hanya menempati pesisir pantai sebelah Timur, daerah New York dan sekitarnya, dengan jumlah koloni hanya 13. Dengan MANIFEST DESTINY, mereka berhasil memperluas daerah, hingga mencapai pesisir pantai Barat, di daerah California dan sekitarnya. Kepercayaan orang Amerika (awal) sebagai ‘the chosen people’, karena Tuhan memilih mereka sebagai penguasa dunia, adalah awal pembentukan MANIFEST DESTINY. Setelah mereka ‘menduduki’ semua tanah yang maha luas itu, dari pantai Timur ke pantai Barat, tentu mereka ingin tetap melanjutkan MANIFEST DESTINY dengan menyeberang lautan. Di zaman modern ini, melakukan penjajahan ideologi bisa jadi pilihan yang sangat tepat karena orang tidak akan menyadari bahwa mereka telah dijajah.
PT56 13.21 270807

2 komentar:

  1. Salam kenal mbak, nice posting. Saya punya coment, tapi karena kepanjangan jadinya saya jadikan artikel saja diblog saya. He..he..he.. Dibaca ya mbak....Thanks...

    BalasHapus