Pertama kali B2W Semarang dibentuk di bulan Juni 2008, para ‘founding
fathers’ memilih bentuk ‘komunitas’ sebagai kumpulan kita. Saya yang belum tahu
apa-apa, yang biasanya adalah makhluk individual, bukan social, manut saja.
Sebagai sebuah ‘organisasi’ non profit, yang baru dibentuk,
para anggotanya sangat bersemangat untuk berkumpul, untuk mengkampanyekan gaya
hidup sehat dan ramah lingkungan ini : bersepeda ke tempat beraktifitas
(kantor, sekolah, kampus, dll). Bagaimana cara kita berkampanye? Kita
mengadakan bersepeda bersama di hari Minggu pagi, membagikan flyer yang berisi
ajakan bersepeda ke tempat kerja. Kita juga sempat membagikan bike tag “B2W
Semarang” kepada orang-orang yang kita lihat berangkat bekerja dengan naik
sepeda. Ini beberapa kali dilakukan oleh kawan-kawan yang bisa “bergerilya” di
hari-hari kerja tentu saja, misal hari Jumat.
bike tag buatan tahun 2008 |
KOMUNITAS vs KLUB
Sekian bulan berlalu. “Anggota” komunitas semakin banyak. Namun
yang di awal-awal sempat ikut kumpul, pelan-pelan menghilang, tak lagi
kelihatan batang hidungnya. Untuk mengantisipasi hal ini, kita sempat
berdiskusi bagaimana agar kita bisa “mengikat” mereka yang pernah bergabung. Seseorang
menyarankan untuk mengadakan iuran bulanan, yang dibayarkan ketika kita
mengadakan rapat, sekaligus mengisi kas dimana uangnya bisa kita gunakan ketika
kita mengadakan event. Beberapa kawan lain menyatakan ketidaksetujuannya. Jika kita
melakukan “ikatan” terhadap anggota, kumpulan kita bukan komunitas lagi
namanya, melainkan klub. Uang iuran dan keanggotaan yang ketat itu milik klub,
bukan komunitas. Sementara B2W Semarang bermula dari kesadaran untuk ikut
membantu pemerintah mengurangi ketergantungan pada gas bumi, sekaligus
mengurangi polusi lingkungan. Organisasi yang kita 'miliki' tidak bersifat mengikat, apalagi eksklusif. Hal ini lebih dipilih oleh mayoritas ‘anggota’
yang hadir pada waktu itu. Tidak ada iuran bulanan, tidak ada ‘uang pangkal’
yang harus dibayar oleh seseorang ketika ingin bergabung bersama organisasi
kita. Namun, jika ada yang ingin menyumbang, kita persilakan.
Maka begitulah. ‘Anggota’ B2W Semarang datang dan pergi. Hingga
akhirnya semua pergi. LOL. Saya hanya punya kenalan kawan-kawan yang suka
bersepeda, yang biasanya mau saya ajak bersepeda bareng ketika kita mengadakan
event.
BIKE TO WORK sebagai GERAKAN MORAL
Beberapa kali bertemu dengan Om Toto, ketua organisasi B2W
Indonesia, saya selalu mendengar beliau menyebutkan bahwa B2W bukanlah
komunitas, melainkan gerakan moral. Gerakan
moral untuk menyadarkan masyarakat pentingnya mengurangi ketergantungan pada
BBM demi masa depan anak cucu kita, mengurangi polusi udara, dan di beberapa
kota besar, seperti Jakarta, mengurangi kemacetan di jalan raya.
Bagaimana cara kerja gerakan moral ini bekerja? Saya pribadi
tentu dengan menjadi praktisi bersepeda ke tempat-tempat saya beraktifitas. Menuliskan
pengalaman saya bersepeda di blog untuk menginspirasi orang-orang lain
melakukan hal yang sama. Sepeda bukan hanya cocok untuk olahraga di akhir pekan.
Sepeda juga bisa menjadi moda transportasi handal, bahkan di Semarang yang
topografi geografinya penuh tanjakan dan turunan. Jika kita mau. J Sepeda bahkan juga bisa kita jadikan moda
transportasi yang menyehatkan kala berwisata. J Untuk
ini, saya melakukan satu kegiatan yang biasa saya sebut sebagai “bikepacking”.
Apakah anda termasuk orang yang suka berorganisasi? Bagaimana pengalaman
anda?
LG 12.52 14/03/2016