Cari

Senin, Maret 14, 2016

Komunitas O Komunitas




Pertama kali B2W Semarang dibentuk di bulan Juni 2008, para ‘founding fathers’ memilih bentuk ‘komunitas’ sebagai kumpulan kita. Saya yang belum tahu apa-apa, yang biasanya adalah makhluk individual, bukan social, manut saja.


Sebagai sebuah ‘organisasi’ non profit, yang baru dibentuk, para anggotanya sangat bersemangat untuk berkumpul, untuk mengkampanyekan gaya hidup sehat dan ramah lingkungan ini : bersepeda ke tempat beraktifitas (kantor, sekolah, kampus, dll). Bagaimana cara kita berkampanye? Kita mengadakan bersepeda bersama di hari Minggu pagi, membagikan flyer yang berisi ajakan bersepeda ke tempat kerja. Kita juga sempat membagikan bike tag “B2W Semarang” kepada orang-orang yang kita lihat berangkat bekerja dengan naik sepeda. Ini beberapa kali dilakukan oleh kawan-kawan yang bisa “bergerilya” di hari-hari kerja tentu saja, misal hari Jumat.

bike tag buatan tahun 2008

KOMUNITAS vs KLUB

Sekian bulan berlalu. “Anggota” komunitas semakin banyak. Namun yang di awal-awal sempat ikut kumpul, pelan-pelan menghilang, tak lagi kelihatan batang hidungnya. Untuk mengantisipasi hal ini, kita sempat berdiskusi bagaimana agar kita bisa “mengikat” mereka yang pernah bergabung. Seseorang menyarankan untuk mengadakan iuran bulanan, yang dibayarkan ketika kita mengadakan rapat, sekaligus mengisi kas dimana uangnya bisa kita gunakan ketika kita mengadakan event. Beberapa kawan lain menyatakan ketidaksetujuannya. Jika kita melakukan “ikatan” terhadap anggota, kumpulan kita bukan komunitas lagi namanya, melainkan klub. Uang iuran dan keanggotaan yang ketat itu milik klub, bukan komunitas. Sementara B2W Semarang bermula dari kesadaran untuk ikut membantu pemerintah mengurangi ketergantungan pada gas bumi, sekaligus mengurangi polusi lingkungan. Organisasi yang kita 'miliki' tidak bersifat mengikat, apalagi eksklusif. Hal ini lebih dipilih oleh mayoritas ‘anggota’ yang hadir pada waktu itu. Tidak ada iuran bulanan, tidak ada ‘uang pangkal’ yang harus dibayar oleh seseorang ketika ingin bergabung bersama organisasi kita. Namun, jika ada yang ingin menyumbang, kita persilakan.

Maka begitulah. ‘Anggota’ B2W Semarang datang dan pergi. Hingga akhirnya semua pergi. LOL. Saya hanya punya kenalan kawan-kawan yang suka bersepeda, yang biasanya mau saya ajak bersepeda bareng ketika kita mengadakan event.

BIKE TO WORK sebagai GERAKAN MORAL

Beberapa kali bertemu dengan Om Toto, ketua organisasi B2W Indonesia, saya selalu mendengar beliau menyebutkan bahwa B2W bukanlah komunitas, melainkan gerakan moral.  Gerakan moral untuk menyadarkan masyarakat pentingnya mengurangi ketergantungan pada BBM demi masa depan anak cucu kita, mengurangi polusi udara, dan di beberapa kota besar, seperti Jakarta, mengurangi kemacetan di jalan raya.

Bagaimana cara kerja gerakan moral ini bekerja? Saya pribadi tentu dengan menjadi praktisi bersepeda ke tempat-tempat saya beraktifitas. Menuliskan pengalaman saya bersepeda di blog untuk menginspirasi orang-orang lain melakukan hal yang sama. Sepeda bukan hanya cocok untuk olahraga di akhir pekan. Sepeda juga bisa menjadi moda transportasi handal, bahkan di Semarang yang topografi geografinya penuh tanjakan dan turunan. Jika kita mau. J Sepeda bahkan juga bisa kita jadikan moda transportasi yang menyehatkan kala berwisata. J Untuk ini, saya melakukan satu kegiatan yang biasa saya sebut sebagai “bikepacking”.

Apakah anda termasuk orang yang suka berorganisasi? Bagaimana pengalaman anda?

LG 12.52 14/03/2016