Cari

Selasa, Agustus 05, 2008

Why Bike to Work?

“Semula mereka memang menganggapnya aneh. Tapi karena rekan-rekan kerja saya itu mengenal saya sebagai orang yang punya kegemaran yang rada nyeleneh, lama-lama mereka pun ga ambil peduli.”
Demikian penuturan Pak Wargo, salah satu ‘pioneer’ bike to work di Semarang. Mengaku telah menjadi praktisi bike to work semenjak tahun 2005, pada tahun yang sama tatkala komunitas bike to work Indonesia mulai terbentuk di Jakarta, Pak Wargo mengemukakan alasan pertama dia berpikiran untuk naik sepeda ke kantor adalah demi kesehatan. Jarak rumah ke kantor yang lumayan jauh – kurang lebih 35 kilometer, sehingga kurang lebih dia menempuh jarak 70 kilometer setiap hari naik sepeda – Pak Wargo anggap sebagai suatu tantangan.
“Saya sengaja menghindari melewati tanjakan di daerah Kedungmundu, itu sebab dari Klipang saya ambil jalur ke jalan Majapahit, kemudian langsung lurus terus ke Barat, sampai Mangkang. Saya butuh waktu kurang lebih satu jam 15 menit untuk menempuh jarak 35 kilometer itu.”
Pak Wargo menjelaskan rute yang biasa dia lewati, sekitar tiga sampai empat kali seminggu. Hari Sabtu dan Minggu dia pilih sebagai hari istirahat bersepeda, untuk memulihkan tenaga.
*****
Untuk menjaga kesehatan memang merupakan salah satu alasan yang dipakai oleh para anggota bike to work (komunitas pekerja bersepeda) Semarang. Banyak orang mengatakan mereka tidak memiliki waktu luang untuk melakukan olahraga, yang merupakan salah satu syarat mutlak untuk menjaga kesehatan, sehingga bersepeda menuju tempat kerja bisa dianggap sebagai salah satu solusi praktis. Seseorang hanya perlu bangun lebih pagi agar bisa berangkat bekerja lebih awal.
Semenjak harga BBM naik, bersepeda ke tempat kerja pun merupakan salah satu solusi tepat. Seperti apa yang dikemukakan oleh Pak Wargo yang mencintai mobil VW yang terkenal sangat boros dalam penggunaan bahan bakar. Dia harus mengeluarkan uang kurang lebih Rp. 300.000,00 per minggu untuk membeli bahan bakar. Bisa dihitung berapa ratus ribu yang bisa dia hemat dalam waktu satu bulan semenjak dia memutuskan untuk bersepeda ke tempat kerja. Paling-paling dia hanya butuh membeli sarapan tambahan setiap pagi.
Tidak hanya masyarakat Indonesia yang terpukul dengan naiknya harga BBM. Konon di Amerika pun sepeda sebagai alat transportasi mulai digemari kembali, sebagai salah satu cara untuk mengurangi penggunaan bahan bakar, juga untuk menghemat pengeluaran.
Namun selain kedua alasan di atas, satu hal yang paling penting dari kebiasaan bersepeda ke tempat kerja adalah mengurangi gas emisi yang dikeluarkan dari knalpot kendaraan bermotor. Semakin banyak orang meninggalkan kendaraan bermotor dan beralih ke sepeda (kembali), akan semakin besar pula dampaknya dalam upaya kita mengurangi pemanasan global. Harapan untuk mengurangi polusi udara tentu akan lebih cepat tercapai jika lebih banyak orang bersepeda ke kantor. Terlebih lagi jika dilanjutkan dengan menggunakan sepeda sebagai alat transportasi utama untuk pergi kemana-mana, tidak hanya untuk ke kantor.
PT56 22.54 040808